Sumber : Visioner Indonesia, 13 November 2022
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) memiliki peran yang sangat krusial dalam menjembatani aspirasi mahasiswa dengan pihak universitas. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, seringkali kita mendapati BEM di Universitas Nusantara Surabaya kurang efektif dalam menjalankan fungsinya. Hal ini menimbulkan pertanyaan mendasar: apa sebenarnya tantangan utama yang dihadapi BEM, dan bagaimana kita bisa mengatasinya untuk menjadikan organisasi ini lebih bermanfaat bagi mahasiswa?
Sebagai organisasi mahasiswa tertinggi di kampus, BEM Universitas Nusantara Surabaya memiliki tanggung jawab besar untuk mewakili suara mahasiswa dan mengadakan kegiatan yang relevan dengan konteks perkotaan dan budaya Surabaya. Namun, banyak mahasiswa merasa bahwa BEM tidak berperan secara maksimal. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya keterlibatan mahasiswa. Misalnya, dalam pemilihan ketua BEM tahun lalu, hanya sekitar 30% mahasiswa yang berpartisipasi. Partisipasi yang rendah ini menunjukkan adanya disconnect antara mahasiswa dan BEM, padahal keterlibatan dalam kegiatan kampus sangat penting untuk pengembangan diri dan membangun jaringan.
Tantangan lain yang dihadapi adalah program-program yang tidak berkelanjutan. Setiap tahun, ketika kepengurusan BEM berganti, banyak program yang terhenti. Program kerjasama dengan UMKM lokal Surabaya yang sempat populer dua tahun lalu, contohnya, tiba-tiba dihentikan tanpa alasan yang jelas. Ini tentu mengecewakan baik bagi mahasiswa maupun mitra UMKM, dan menunjukkan kurangnya kesinambungan dalam kepemimpinan BEM.
Selain itu, banyak mahasiswa merasa bahwa BEM lebih banyak bicara daripada bertindak. Meskipun sering kali BEM mengumumkan rencana untuk mengatasi masalah kemacetan di sekitar kampus, nyatanya setahun berlalu tanpa ada solusi nyata yang ditawarkan. Komunikasi yang buruk juga menjadi masalah, di mana banyak mahasiswa tidak mengetahui kegiatan yang diadakan BEM, seperti seminar tentang startup teknologi yang sangat relevan dengan perkembangan Surabaya sebagai salah satu kota teknologi di Indonesia.
Fokus yang tidak jelas juga menjadi tantangan bagi BEM. Kadang mereka terlalu terjebak dalam acara hiburan, sementara isu-isu penting seperti magang di perusahaan-perusahaan besar di Surabaya atau peluang wirausaha lebih mendesak bagi mahasiswa. Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, BEM perlu melakukan beberapa langkah strategis. Pertama, BEM harus aktif mendekati mahasiswa dengan mengadakan diskusi terbuka di area-area populer kampus untuk mendengar aspirasi mahasiswa secara langsung. Selain itu, BEM perlu merancang program yang berkelanjutan dengan rencana jangka panjang, seperti melanjutkan program kerjasama dengan UMKM dan menambahkan komponen pemasaran digital untuk membantu mereka beradaptasi.
BEM juga harus berfokus pada kerja nyata. Misalnya, untuk masalah kemacetan, mereka bisa membentuk tim khusus yang bekerja sama dengan Dinas Perhubungan Kota Surabaya untuk mencari solusi konkret. Perbaikan komunikasi juga sangat penting; BEM harus memanfaatkan berbagai saluran, termasuk media sosial dan radio kampus, untuk menyebarkan informasi tentang kegiatan mereka. Terakhir, BEM perlu menetapkan fokus yang jelas setiap tahun, misalnya jika tahun ini fokus pada kesiapan kerja mahasiswa, maka semua program harus mendukung tujuan tersebut.
Dengan melakukan langkah-langkah ini, BEM Universitas Nusantara Surabaya dapat menjadi organisasi yang benar-benar mewakili dan membantu mahasiswa serta berkontribusi positif terhadap masyarakat sekitar. BEM yang kuat adalah yang dekat dengan mahasiswanya, memiliki program yang jelas dan berkelanjutan, serta mampu membawa perubahan nyata. Sebagai mahasiswa, kita juga memiliki peran penting dalam membuat BEM kita lebih baik. Mari dukung BEM dengan memberi masukan, berpartisipasi dalam kegiatan mereka, atau bahkan menjadi bagian dari BEM di masa depan. Dengan kerja sama yang baik, BEM Universitas Nusantara Surabaya bisa menjadi contoh organisasi mahasiswa yang efektif dan berdampak positif, tidak hanya bagi kampus, tetapi juga bagi Kota Surabaya.
Penulis : Lilis, Aqila, Azhar Fattah, Fajrin, Alda nur, Rina Safitri, Atha Fatahilah, Adnan Firdaus, Farah Zahra, Nova Safira / Mahasiswa Pendidikan Sosiologi di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa